Beberapa Pencapaian


Pengalaman lain,adalah guru yang terbaik, buatku kata itu tidak ada yang istimewa waktu itu, karena aku berprinsip “ ikuti alur saja, nanti juga ketemu nasib sendiri”. Mula-mulanya memang itulah yang melintas di benak seorang anak SMA, ABG yang sudah merasa dewasa namun masih jauh dari kata dewasa, pikiran belum matang, dan pola pikir yag cenderung masih sempit. Seolah pasrah dengan keadaan dan hanya ambil cepatnya saja. Begitulah aku waktu itu.
Wawasan dunia luar yang terbilang masih sangat minim dan rasa ingin tahu yang sedikit merupakan awal dimana aku mulai memimpikan sebuah perubahan besar dalam diriku, walaupun aku tipe yang sedikit introvert namun tak membuatku kehilangan akal untuk memiliki banyak teman, sehingga sharing dengan teman menurutku adalah cara jitu untuk memulai ini semua. Tidak banyak target yang aku rencanakan, namun aku harus membuat satu perubahan dimulai dari pengembangan minat di bidang organisasi.
Cerita perubahanku dimulai dari sebuah curhatan teman satu organisasi yang selalu eksis hampir di segala bidang, akademik, organisasi, ekstrakulikuler, bahkan namanya sangat populer kala itu di lingkungan SMA, siapa yang tak kenal dengan Bunga, dia adalah siswi teladan yang selalu menduduki jabatan penting di elemen sekolah, banyak yang iri itu biasa, tapi yang bangga juga tidak sedikit. Aku mencoba menceritakan apa yang aku keluhkan saat itu, di tengah-tengah dilema memilih mapel ujian sekaligus dilema memilih universitas lanjutan, serta dilema dengan misi perubahan. Aku hanya sempat bingung dengan segala jawabannya yang menurutku tidak memuaskan hatiku, hanya menjawab sabar,semangat, yaudah, kata-kata itu membuatku semakin pusing, hingga dia mengatakan “ Perubahan nggak bakalan dateng kalau bukan dirimu yang menjemput, begitupun dengan hal ini, kamu minta pendapatku dan aku menjawab dengan 1 juta kata juga nihil kalau kamu nggak punya caramu sendiri buat berubah, pendapat orang lain itu hanya pelengkap ketika dirimu sudah punya konsep perubahan”. Aku pun diam dan langsung ingin pergi dari hadapannya,selang beberapa menit kita terdiam, aku pamit untuk ke kelas karena sudah masuk.
Bel berbuyi dan aku pun pulang dengan menggunakan angkot komplek yang telah menjadi langganan anak-anak SMA di daerahku. Selama perjalanan pulang aku memikirkan kata-kata Bunga degan sangat serius, pantas saja dia selalu menjadi orang penting di sekolah, pikirannya sudah sangat matang bagi anak SMA seumurannya, dan benar saja, kata-kata itu langsung masuk ke dalam hati dan pikiranku, sekarang aku sudah percaya dengan kata-kata motivasi termasuk pepatah yang mulanya aku sangat cuek dengan maknanya.
Hari demi hari berlalu, seakan tekadku untuk merubah pola pikir dan wawasanku mulai menampakkan kejelasannya, aku mulai merasa minatku di bidang organisasi mulai sangat jelas, apa yang organisasi yang harus aku pilih untuk menambah kualitas diriku, dan bagaimana konsep yang akan aku jalankan demi perubahan yang sudah aku impikan sebelumnya. Banyak organisasi sekolah yang aku tinggalkan dulu seperti Rohis dan Ambalan, aku meninggalkannya karena dilema membagi waktu kini telah aku sambangi kembali, teman-temanku mulai menasihatiku dengan banyak kata-kata dan hanya aku iya kan saja, yang pasti sebelum aku pensiun dari sekolah ini aku harus membawa nama baik organisasi ku dan menjadikannya berbeda dari yang lain. Pada saat itu aku punya jabatan cukup tinggi di Rohis dan Ambalan, yakni wakil ketua Rohis dan Bendahara di Ambalan, jabatan itu mulai kupergunakan dengan baik demi perubahan. Banyak proker baru yang aku ciptakan, mulai dari tata tertib dan etos kerja anggota, acara tahunan sekolah baru, penghargaan bagi siswa untuk beberapa kategori, dan masih banyak lagi.Namun aku masih kurang puas dengan pencapaian itu, seolah ada potensi dalam diri yang belum aku ekspos.
Bulan April kala itu, setelah semua kewajibanku terpenuhi, dan yang pasti Ujian Nasional yang menjadi puncak perjuanganku telah usai, aku semakin giat mengurus organisasi ku dengan adik kelas, dan Bunga teman curhatanku sewaktu aku belum menjadi apa-apa tiba-tiba dia harus pindah luar kota karena tuntutan pekerjaan orang tuanya, sehingga tanggung jawab purna Ketua organisasi dilimpahkan padaku, jujur saja aku tidak punya bakat apa-apa,dan aku bukan tipe siswa pemimpin yang dengan bijak mengambil keputusan. Namun apa mau dikata, jika amanah ya harus aku kerjalan dengan baik. Banyak yang mendukungku saat itu, seakan akulah bintang baru di deretan purna ketua organisasi, walau begitu hubungan baik dengan Bunga kumanfaatkan untuk kumintai pendapat dan saran dalam menjalankan tugas ini.
Di sela-sela itu aku membaca sebuah tutorial blogger di website, aku penasaran dan aku ikut mencoba membuat. Tidak tahuada angin apa aku begitu tertarik dibuatnya, menjadi sebuah bloger bukanlah cita-citaku dan tidak pernah terlintas sama sekali di pikiranku.Tapi pada kenyataannya, aku memiliki minat besar di dunia sastra, aku mencintai budaya, dan aku peduli dengan lingkungan sosial. Setelah beberapa minggu aku main blog, sudah 4 cerpen dan 5 artikel yang aku buat, dengan sedikit promosi di medsos dan teman-teman aku sudah memiliki viewers lebih dari seribu, bentuk pencapaian yang baru untukku, dan pada saat itu, selingan yang sungguh berari buatku, mencoba menulis dan berkarya dengan potensiku adalah hal yang asik. Hal yang tidak pernah dibayangkan dan direnanakan sebelumnya justru adalah pencapaian yang sesungguhnya,tinggal masing-masing individu saja mengolah dan menprosesnya. Satu kalimat sederhana dariku adalah manusia yang beruntung bukanlah yang mendapat pencapaian dari proses yang instan, tapi adalah dia yang mampu memperbaiki dan menjadikan apa yang dimilikinya dapat membawa perubahan,baik untukdiri sendiri ataupun orang lain


Komentar

  1. Kasih selingan dulu ya cerpen serinya, buat motivasi temen-temen yang dilema sama proses, hope you like it, guys! :)

    BalasHapus
  2. Kasih selingan dulu ya cerpen serinya, buat motivasi temen-temen yang dilema sama proses, hope you like it, guys! :)

    BalasHapus

Posting Komentar