Jarak,Rindu,dan Bisu (Surat Untukmu)

" Diam, bukankah kamu selalu diam dan tidak berbicara sama sekali? Aku hanya mulai tertarik dengan sikapmu yang membuatku penasaran dengan diammu yang penuh pemikiran kritis itu, sungguh kau laki-laki yang sangat berbeda. "

Tiga hari selepas UN, aku merasa bahwa Dito mulai pergi ke kota seberang, sepertinya dia antusias sekali mengejar cita-citanya. Aku tau bahwa sekarang memang sudah saatnya individualisme dilaksanakan, bak menarget sasaran bidikan yang tinggal menunggu waktu, dan ku pikir inilah saatnya. Bukan waktunya lagi memikirkan hal-hal aneh dan terkesan condong ke perasaan, realistis.

" Mi, ayo ke taman, aku bosan dengan rutinitasku, Miyaaaa...." Dita dengan lantang berteriak dan mengetuk pintu rumahku. Aku pun beranjak dari sofa dan membukakan pintu untuknya.
" Dit, aku pengen curhat, bentar aku mau bawa snack buat nongkrong di taman"
Aku dan Dita berjalan langkah demi langkah menuju taman. Sudah waktunya aku untuk berbagi perasaan dengan Dita, toh dia adalah sahabat dekatku.

" Ada apa Mi, kok mukanya murung gitu. " Dita mulai cemas.
" Dit, kayanya aku suka sama Dito deh, setelah ku pikir-pikir dia beda banget dari yang lain. Kayanya dia tau banget soal aku dan dia juga cowo yang jaga martabatnya sebagai laki-laki. "

" So, dia kayanya menarik, Mi. Aku ngerasa kamu suka kepribadiannya. But itu bagus. Jadi kamu tertarik bukan karena paras atau apa dari dia. Aku sih dulu pernah gitu juga, tapi dia nya ga suka sama aku. Hahaha .."

" Aku tau Dito gak ganteng plus populer, tapi itu nilai tambahnya, gak kaya cowok keganjenan gitu. Tapi sebenernya bukan itu masalahnya. "

" Jadi ??? Apa yang bikin kamu murung. "

" Dito mungkin akan kuliah luar kota, aku merasa dia sudah salah sangka denganku beberapa waktu lalu. Dan aku belum sempat menjelaskan dan meminta maaf padanya. "

" Kesalahan apa? "

" Jadi pas waktu itu....... "

(Flashback sehari sebelum UN)

Pada sore hari, setelah pertemuan dan Dito meminta nomor HP kepadaku, dan dari gaya bahasanya, sepertinya dia tertarik denganku sudah lama, namun aku selama ini tak sadar. Sore itu Dito ke rumahku. Entah apa yamg aku rasakan, tapi jujur aku merasa sangat gugup, entah apa yang terjadi denganku, aku sangat tidak menentu. Dito yang waktu itu hanya ingin mampir, namun kata kata ku membuatnya bertahan cukup lama.

" Dit, kamu kenapa sih, kok akhir-akhir ini perhatian gitu. Hehe.. "

" Gapapa sih, Mi. Cuman pengen tau aja hehe mbak hits di sekolah gimana sih orangnya. But aku gak maksut apa-apa. "

" oh gitu hehe.. Aku malu sih tapi, Oh ya habis ini mau kemana? Main aja dulu. Sapa tau bsk klo udah luar kota jadi kangen sama aku haha. "

" Haha apaan, Mi. Aku niat mampir sih tapi gapapa deh bentar lagi. "

" Dit, sebelum kamu berangkat luar kota abis UN, ada baiknya kita sesama temen apalagi sekelas ya, kita jujur-jujuran aja apa yang masih bikin gak enak, aku sama yang lain juga gitu, jadi setidaknya gak ada perasaan apa-apa pas ninggalin kota lama. "

" Iya, tujuanku datang kesini memanh gitu. Sebelum pergi, aku mau ngomong penting sama kamu. "

" (aku begitu gugup, jantung makin tak menentu) mmm... Oke hehe ngomong aja yang jujur. "

" Mi, pertama kali aku kenal kamu, aku sudah ada feeling kalau kamu orang yang humble, pintar bergaul, dan ada kemungkinan seorang pemimpin, dan ternyata penilaianku benar. Aku hanya ingin bicara, kalau saja aku adalag laki-laki yang tanggub menyatakan perasaan, pasti kamu sekarang sudah menjauhiku. "

" Maksutnya? "

" Gak papa aku cuma mau bilang gitu, hehe. Yasudah aku boleh ijin pulang nggak? Udah sore. "

" Eh Dit, aku juga mau ngomong, but ini kayanya gak enak buat di denger. Tapi sesuai perjanjian, aku bakalan bilang. Dit kamu bukan orang yang nampak waktu di kelas, tapi kamu punya arti penting di setiap pandanganku, ada kalanya laki-laki yang aku suka ajak bercanda bukan berarti aku menyukainya. Begitu pula sebaliknya. Dit, kalau semisal aku bukan orang yang tepat buat kamu ajak jalan bareng, semoga kamu menemukan apa yang kamu bisa capai dan bahagia dengannya. "

" Mmm... Oke Mi makasih pengakuannya hehe. Yasudah pamit dulu aku. "

******************

" jadi begitu kah ceritanya? " Dita bertanya.

" Kurang lebih iya, aku tidak enak dengan mengatakan pernyataan perpisahan yang kurang membuatnya berkenan, dan sangat berbeda dengan perasaanku.

" And then ? "

" Aku menulis surat untuknya, dan surat itu selalu ku bawa kemanapun, dan sekarang. "

" Kalau kamu dikasih kesempatan ketemu lagi?  Kamu mau ngasih surat itu sendiri? "

" Mungkin iya, setidaknya aku sudah lega. "

************

  Satu tahun berlalu, setelah kejadian kejadian semasa SMA, aku merasa itu hanyalah kekaguman semata, mungkin seiring berjalannya waktu aku menemukan yang lebih baik dari dia. Aku tidak tahu, surat itu akan ku simpan atau ku buang saja. Namun, rindu ini selalu menjadikan semangatku untuk mengejar karir dan membuatnya bangga dengan penilaiannya yang begitu tinggi terhadapku. Aku pun ingin dia seperti itu.
     Pagi hari di hari Minggu, aku berjalan di tepian kampus, dengan surat yang usang dan aku berpikir untuk membuangnya di taman. Dan pada akhirnya memang ku tekadkan untuk membuangnya.
   

***************
(Dito sesion)

" Dih surat apaan nih, gila yang buang gaada kerjaan banget."
5 menit setelah membaca.....

" Miya....Dia masih di kota ini? "

( Isi surat :
  " halo Dito, aku minta maaf kalau aku salah berkata waktu itu, aku tau kami pasti agak kecewa  jawabanku.
    Tapi terimakasih juga, ada masanya aku sering memikirkanmu bahwa kamu adalah orang yang selama ini ku kagumi,    pribadimu yang pendiam dan humble, kami mungkin tidak nampak  selama ini,  namun itu bukan hal yang mustahil aku dapat mengagumimu sedalam ini. Mungkin aku merasa tertarik denganmu, tapi aku yakin kamu sudah malas hehe.
Aku berharap bisa bertemu lagi, seperti katamu di  taman sebelum UN. Banyak yang perlu kita diskusikan tentang perasaan kita.
Sukses selalu, Dit. "

" Miya.... Kamu sudah salah paham denganku. "

Komentar